Translate

Kamis, 29 Maret 2012

Tugas Perilaku Keorganisasian


TUGAS
PERILAKU KEORGANISASIAN

 











     NAMA                  : ARNOLDUS SUTARYANTO
     NPM                     : 19210610
     KELAS                 : 2EA18




1.      STUDY TENTANG ORGANISASI

a.      Arti Istilah Organisasi
1. Organisasi Menurut Stoner “Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.”
2. Organisasi Menurut James D. Mooney “Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.”
3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard “Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.”
b.      Pengertian / Definisi Organisasi Formal dan Organisasi Informal
1. Organisasi Formal
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh: Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak anak sd, dan lain-lain. Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organ ilmu politik, antropologi dan psikologi.
Organisasi (Yunani: organon – alat) adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis). Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cukup sama satu sama lain, dan  ada pula yang berbeda.
Teori ERG
Teori ERG (Existence Relatedness Growth ) oleh Alderfer menyatakan bahwa individu termotivasi berperilaku untuk memuaskan satu dari tiga kelompok kebutuhan.(Gibson, Ivanchvich Donnelly,Organisasi, Edisi kedelapan). Ketiga kelompok kebutuhan itu adalah:
1) Kebutuhan pertumbuhan
2) Kebutuhan keterkaitan
3) Kebutuhan Eksistensi
Teori ERG mengasumsikan bahwa Individu yang gagal memuaskan kebutuhan pertumbuhan menjadi frustasi, mundur, dan memfokuskan kembali perhatian pada kebutuan yang ebih rendah. Motivasi ini diukur dengan cara membuat skala pelaporan diri yang digunakan untuk menilai tiga kategori kebutuhan.
Pengertian Perilaku
Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam  itu untuk  memperbaiki keefektifan organisasi.
Perilaku Organisasi mempunyai faktor kunci untuk diramalkan. Faktor tersebut adalah
1. Peningkatan produktifitas
Organisasi dikatakan produktif jika tujuan dapat dicapai dan proses pencapaian tersebut dilakukan dengan merubah masukan menjadi keluaran dengan biaya yang paling rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktifitas berhubungan dengan keefektifan dan keefisienan.
2. Pengurangan kemangkiran
Kemangkiran adalah tindakan tidak masuk kerja tanpa alasan. Tingkat kemangkiran yang tinggi dapat berdampak langsung pada keefektifan dan efisiensi organisasi.
3. Penurunan Turn Over
Turn over adalah pengunduran diri secara permanen dari organisasi.
4. Peningkatan kepuasan kerja
Kepuasan kerja adalah perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima karyawan dan banyaknya yang mereka yakini harus mereka terima. Karyawan dikatakan merasakan puas bila perbedaan bernilai positif secara perhitungan matematis.

2.      PERILAKU INDIVIDU

Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dari dua pendekatan, yang saling bertolak belakang, yaitu: (1) behaviorisme dan (2) holistik atau humanisme. Kedua pendekatan ini memiliki implikasi yang luas terhadap proses pendidikan, baik untuk kepentingan pembelajaran, pengelolaan kelas, pembimbingan serta berbagai kegiatan pendidikan lainnya.
Perilaku individu akan  memotivasi seseorang untuk memenuhi tingkat  kebutuhan  individu yang  , yaitu kebutuhan akan perwujudan diri. Kebutuhan ini untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan memaksimumkan pemanfaatan kemampuan, keahlian, dan potensi seseorang secara penuh. Akan tetapi, sebuah organisasi tidak dapat melepaskan begitu saja dari kebutuhan.

Kesimpulanya: Manusia dimanapun selalu mendapat kedudukan tertinggi di setiap lini kehidupannya. Demikian pula dalam  keorganisasian dan bekerja. Oleh karena itu, manuisa selalu menjadi motor penggerak dalam setiap usaha pemenuhan kebutuhan baik yang sangat dasar sampai pada tingkat tertinggi yaitu aktualisasi diri. Dalam kaitannya dengan peran manusia dalam bekerja dan berkumpul dengan orang lain, manusia membutuhkan efektivitas dalam kinerjanya dengan mengedepankan perilakunya dalam organisasi tersebut.
Maka dapat dikatakan bahwa manusia yang efektif adalah manusia yang memberikan kontribusi keefektifan dalam organisasinya.
Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan merasakan adanya kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:
  1. kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan
  2. kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
  3. kebutuhan kasih sayang atau penerimaan
  4. kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
  5. kebutuhan aktualisasi diri.
Sementara itu, Stranger (Nana Syaodih Sukmadinata,2005) mengetengahkan empat jenis kebutuhan individu, yaitu:
  1. Kebutuhan berprestasi (need for achievement), yaitu kebutuhan untuk berkompetisi, baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi.
  2. Kebutuhan berkuasa (need for power), yaitu kebutuhan untuk mencari dan memiliki kekuasaan dan pengaruh terhadap orang lain.
  3. Kebutuhan untuk membentuk ikatan (need for affiliation), yaitu kebutuhan untuk mengikat diri dalam kelompok, membentuk keluarga, organisasi ataupun persahabatan.
  4. Kebutuhan takut akan kegagalan (need for fear of failure), yaitu kebutuhan untuk menghindar diri dari kegagalan atau sesuatu yang menghambat perkembangannya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut selanjutnya menjadi dorongan (motivasi) yang merupakan kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Jika kebutuhan yang serupa muncul kembali maka pola mekanisme perilaku itu akan dilakukan pengulangan (sterotype behavior), sehingga membentuk suatu siklus
Berkaitan dengan motif individu, untuk keperluan studi psikologis, motif individu dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu :
  1. Motif primer (basic motive dan emergency motive); menunjukkan kepada motif yang tidak pelajari, dikenal dengan istilah drive, seperti : dorongan untuk makan, minum, melarikan diri, menyerang, menyelamatkan diri dan sejenisnya.
  2. Motif sekunder; menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam individu karena pengalaman dan dipelajari, seperti : takut yang dipelajari, motif-motif sosial (ingin diterima, konformitas dan sebagainya), motif-motif obyektif dan interest (eksplorasi, manipulasi. minat), maksud dan aspirasi serta motif berprestasi.

3.      PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL

A.    PENGERTIAN PERILAKU KELOMPOK
Perilaku kelompok adalah semua kegiatan yang dilakukan dua atau
lebih individu yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dan saling
bergantung untuk menghasilkan prestasi yang positif baik untuk
jangka panjang dan pertumbuhan diri.

B.     STRUKTUR KELOMPOK
Kelompok kerja memiliki struktur yang dapat membentuk perilaku
anggota kelompok tersebut. Ada beberapa variabel struktur
kelompok, yaitu:
a. Kepemimpinan Formal
Pemimpin formal harus selalu ada dalam setiap kelompok,
seperti: manager, Kepala Satuan Tugas, atau Ketua Komite.

b. Peran
Peran adalah seperangkat pola perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial
tertentu.
Kelompok-kelompok memberlakukan persyaratan peran berlainan
ke individu, seperti :
1) Identitas Peran
Ada sikap dan perilaku aktual tertentu yang konsisten dengan
peran dan menciptakan identitas peran.
2) Persepsi Peran
Pandangan seseorang mengenai bagaimana seseorang
seharusnya bertindak dalam situasi tertentu.
3) Pengaharapan Peran
Pengharapan peran adalah bagaimana orang lain menyakini
apa seharusnya tindakan anda dalam situasi tertentu.
4) Konflik Peran
Hal ini terjadi jika individu dihadapkan kepada pengaharapan
peran yang berlainan. Misalnya patuh kepada tuntutan satu
peran yang menyebabkan dirinya kesulitan mematuhi tuntutan
peran lain.
Setiap anggota kelompok memainkan suatu peran; konsisten
dengan perannya atau sebaliknya. Bisa jadi bertemu dengan
konflik dan tuntutan hasil dengan peran itu dari organisasinya.

c. Norma
Norma adalah standar perilaku yang dapat diterima dengan baik
dalam suatu kelompok dan digunakan oleh semua anggota dalam
kelompok tersebut. Norma digunakan untuk mempengaruhi
perilaku anggota dan norma setiap kelompok akan berbeda
dengan kelompok lain. Norma bersifat informal walaupu ada yang
formal, yaitu yang ditulis dalam buku petunjuk organisasi.

d. Status
Status adalah posisi yang didefinisikan secara sosial yang
diberikan kepada kelompok atau anggota oleh orang lain. Status
ada yang formal dan informal. Status mempengaruhi kekuatan
norma dan tekanan di dalam kelompok.
1) Status dan norma
Status mempunyai beberapa pengaruh yang menarik terhadap
kekuatan norma dan tekanan untuk penyesuaian. Misalnya
anggota berstatus tinggi pada kelompok sering diberi lebih
banyak kebebasan untuk menyimpang dari norma
dibandingkan anggota kelompok yang lain.
2) Kesetaraan Status
Penting bagi anggota kelompok untuk menyakini bahwa
hierarki status itu setara. Jika dipersepsikan adanya
kesetaraan terciptalah ketidakseimbangan yang terjadi dalam
berbagai jenis perilaku korektif.
3) Status dan Budaya
Perbedaan budaya akan mempengaruhi status, oleh sebab itu
penting adanya status yang bervariasi di antara berbagai
budaya.
4) Ukuran
Ukuran kelompok dapat mempengaruhi perilaku keseluruhan
kelompok tetapi efeknya tergantung pada variabel yang
diperhatikan.

e. Komposisi
Untuk menyelesaikan suatu kegiatan, kelompok yang terdiri dari
beranekaragaman keterampilan dan pengetahuan (heterogen)
akan lebih efektif dibanding kelompok yang anggotanya
homogeny.

f. Kepaduan
Kelompok-kelompok itu berbeda menurut kepaduan mereka, yaitu
sejauh mana para anggota tertarik satu sama lain dan termotivasi
untuk di dalam kelompok. Kepaduan itu akan membuat hubungan
kelompok menjadi produktif.

C.    PROSES KELOMPOK
Dalam tugas kelompok, sumbangan setiap individu tidak nampak
jelas karena ada individu yang mengurangi upayanya sehingga hasil
yang diperoleh oleh kelompok maksimal tetapi ada juga individu yang
menciptakan keluaran (ouput) lebih besar dari pada masukan (input).
1. Sinergi
Sinergi adalah tindakan dua atau lebih substansi yang
menghasilkan dampak atau efek yang berbeda dari penjumlahan
masing-masing substansi itu. Seperti : kemalasan sosial
memperlihatkan sinergi yang negative.
2. Efek Fasilitas Sosial
Efek fasilitas sosial mengacu pada kecenderungan membaik atau
memburuknya kinerja sebagai respons atas kehadiran orang lain.

D.    PENGERTIAN INTERPERSONAL
Komunikasi interpersonal adalah
diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya.

E.     FUNGSI INTERPERSONAL
Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik.
2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan
balik.
3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita
dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara
persuasi.
Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau
informasi dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah
antara:
1. Komunikator
a. Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.
b. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.
c. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka
terhadap lawan bicaranya yang laki-laki.
2. Media
a. Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi
(microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).
b. Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu
sehingga signal HP tidak dapat ditangkap.
c. Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang
digunakan pada komunitas tertentu.
d. Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang
mempengaruhi proses komunikasi.
3. Komunikate
a. Hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli.
b. Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidak
berkonsentrasi dengan pembicaraan.
c. Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu
malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang
lelaki.

F.  CIRI-CIRI INTERPERSONAL
1. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan
secara spontan baik secara verbal maupun non verbal.
2. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para perserta
komunikasi.
3. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin
pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti
sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang
dekat.

Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan,
antara lain :
a. Menemukan diri sendiri
b. Menemukan dunia luar
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
d. Berubah sikap dan tingkah laku
e. Untuk bermain dan kesenangan